Jumat, 12 Februari 2010

Karunia Allah


Seorang lelaki datang kepada seorang ustadz, mengadukan persoalan keluarganya. “Saya bosan di rumah sekarang.”
“Mengapa?”
“Tidak ada yang menarik.”
“Lalu engkau jarang di rumah?”
“Iya, tentu.”
“Anakmu berapa?”
“Dua. Satu laki-laki berumur lima tahun, satunya perempuan, tiga tahun.”
“Pernahkah engkau memperhatikan anakmu ketika sedang makan?”
“Tidak.”
“Ketika sedang bermain-main?”
“Juga tidak.”
“Ketika tidur saat tengah malam?”
“Tidak.”
Coba lakukanlah itu. Ketika engkau sedang memperhatikan , rasakanlah bahwa ia adalah anakmu, pelanjut denyut hidupmu, yang harus kau curahi cinta dan kasih sayang. Anak-anakmu itu adalah karunia Allah untuk menyenangkan hatimu. Ketika ia makan, perhatikanlah bagaimana ia mengunyah rezeki yang dikirim Allah lewat tanganmu yang bekerja. Ketika ia tidur, perhatikanlah hidungnya yang mirip engkau, bibirnya yang mungkin mirip ibunya, dan perhatikan pula bagaimana desah nafasanya ketika menghirup dan menghembuskan udara. Itu semua film indah yang disuguhkan Allah untukmu. Kalau engkau membiasakan melakukan ini sambil mengingat Allah, engkau akan mendapatkan nikmat rohani tiada tara. Diantara orang yang sangat malang, ialah orang yang tidak bisa menikmati keindahan yang dipancarkan Allah lewat gerak dan tingkah laku anak-anaknya sendiri.
(D Zawawi Imron)