Rabu, 30 Desember 2009

Shalat Khusuf di Malam Tahun Baru

Kalau biasanya malam tahun baru diisi dengan hura-hura, bagi umat Islam ada baiknya mengikuti tuntunan sunnah Rasul dengan melaksanakan Shalat Gerhana (Shalat Khusuf).

Karena bertepatan dengan malam tahun baru 2010, akan terjadi Gerhana Bulan Sebagian. Tepatnya sebagai berikut:

Pada hari Jum’at, tanggal 15 Muharram 1431 H/1 Januari 2010 M. Insya Allah akan terjadi Gerhana Bulan Sebagian:
Mulai Gerhana : pukul 01.51.54 WIB.
Pertengahan Gerhana : pukul 02.22.30 WIB.
Akhir Gerhana : pukul 02.53.30 WIB.

Adapun untuk Pelaksanaan Shalat Khusuf, sebagai berikut:
Mulai takbir : pukul 01.52 WIB.
Shalat Khusuf : pukul 02.30 WIB
Shalat Khusuf ini dilakukan di masjid secara berjamaah. Diawali dengan Takbir (Seperti takbir Iedul Fithri/Iedul Adha), dan dilanjutkan dengan shalat khusuf dua raka'at, serta dilanjutkan dengan Khutbah dan pengumpulan/ pembagian shadaqah).

Mari penuhi masjid-masjid untuk semakin mendekatkan diri pada-Nya dan meraih keridhaan-Nya.

Selasa, 01 Desember 2009

Belajar dari PT.Persib Bandung Bermartabat

doang.
Malam tadi, Selasa, 2 Desember 2009, MasterMind (MM) Merdeka mengambil tempat di "Persib Cafe&Lounge" Jl. sulanjana Bandung.

Sebelum mastermind dimulai, sembari menikmati makanan dan minuman yang PERSIB banget, kami ngobrol-ngobrol, khususnya mengenai cafe yang merupakan salah satu lini bisnis dari PT.Persib Bandung Bermartabat (PT.PBB).Cafenya cukup cozy, nyaman, dan makanannya pun enak. Kang Abay yang bobotoh berat Jus mangga pun sampai berani menilai bahwa Jus mangga yang disajikannya sangat-sangat enak. Kang Arum pun menikmati capcay yang berbeda dari biasanya, namun tetap enak. Kami kemudian berkesimpulan bahwa pendirian cafe ini sangat serius, bukan sekedar menjual nama PERSIB.

Rabu, 25 November 2009

IEDUL ADHA; SEMBELIH EGO RAIH KEIKHLASAN

Oleh: Achmad Faisal
(Disampaikan pada Khutbah Iedul Adha 1430 H, 27 November 2009 di Lap.Masjid Al-Muhsinin, Jl. Holis, Bandung)

Hari Raya Iedul Adha adalah hari raya umat Islam yang seolah ingin menunjukkan ke seluruh umat manusia di seluruh dunia, bahwa umat Islam adalah satu, saling menghargai, membantu, dan peduli satu sama lain. Penyembelihan hewan qurban yang dagingnya dibagikan kepada seluruh umat Islam, meniscayakan pada hari itu semua umat Islam di seluruh dunia harus berbahagia, bahkan termasuk orang miskin sekalipun.
Praktik ritual ibadah qurban yang paling tertanam dalam benak umat manusia adalah praktik penyembelihan hewan qurban. Sebagai sebuah ritual, praktik penyembelihan ini tidak bisa digantikan dengan praktik lain, semisal mengurbankan dalam bentuk uang maupun hewan di luar hewan qurban yang sudah ditetapkan. Namun tentu saja kita bisa mencari makna dibalik simbol ritual penyembelihan tersebut. Makna dari simbol penyembelihan hewan qurban, bisa diartikan sebagai sebuah upaya untuk menyembelih ego dan kesombongan diri manusia, yang tujuannya adalah meraih derajat keikhlasan.

Kamis, 05 November 2009

Selamat Jalan Ustadz

Sabtu, 31 Oktober 2009, pukul 23.00, Seorang teman mengabarkan kepergian seorang ulama besar di Indonesia. Ya... K.H. Shiddiq Amien, yang merupakan Ketua Umum PP.Persatuan Islam (Persis).

Saya memang tidak secara langsung pernah menjadi santrinya. Interaksi saya dengan beliau dimulai ketika saya aktif di PP.Hima Persis. Di sanalah saya sering mengikuti pertemuan-pertemuan yang dipimpin oleh beliau. Namanya mahasiswa, suara kritis sering saya lontarkan di pertemuan tersebut. Termasuk ketika saya mengkritisi kebiasaan beliau yang masih suka menerima permintaan pengajian di kampung-kampung atau bahkan di acara pernikahan. Menurut saya, seorang Ketua Umum Ormas tingkat nasinal mestinya lebih mengutamakan beraktivitas di level nasional, bahkan internasional. Saya juga pernah memberi masukan, agar beliau, sebagai ikon Persis, hendaklah memiliki skretaris/manajer pribadi yang bertugas mengatur jadwal aktivitasnya.

Namun, ternyata kritikan, saran, dan masukan itu tidak bisa dipenuhi oleh beliau. Sempat kecewa memang, dan pada akhirnya saya tahu kenapa kritikan dan masukan saya tidak dipenuhi. Ternyata beliau lebih memilih untuk dekat dengan umat. Dengan memiliki sekretaris/manajer akan mengakibatkan posisinya lebih menjauh dari umat yang dicintainya. Demikian pula, meski jabatan tinggi disandangnya, beliau tidak ragu untuk berdakwah di pelosok-pelosok kampung. Semua itu dilakukan ternyata karena kecintaannya kepada umat. Ketika umat merindukan dan membutuhkan wjangan-wejangannya yang santun, ilmiah, namun tetap tegas, maka tidak ada alasan bagi Ust.Shiddiq untuk menolak permintaan tersebut.

Yang lebih hebat lagi, untuk berdakwah ke berbagai tempat, bahkan yang cukup jauh sekalipun, beliau menyetir mobil sendirian, tanpa sopir. Hanya aktivitas keorganisasianlah yang melibatkan sopir, itupun jika perjalanan dilakukan hingga ke luar Jawa Barat.

Namun semua kritikan dan masukan yang dulu pernah aku sampaikan, terjawab sudah. Ketika Allah SWT emanggilnya, ribuan umat tak henti berdatangan, baik ke masjid PP.Persis di Viaduct, atau ketika menjelang dimakamkan di Tasikmalaya. Bahkan saking penuhnya jama'ah , shalat jenazah pun bershaf hingga ke jalan raya. Baru kali ini saya menemukan praktik shalat jenazah di jalan raya n(seperti shalat ied saja). Ternyata, pengorbanan dan perjuangan beliau selama ini, menghasilkan rasa cinta yang mendalam di hati umat yang sering dikunjunginya.

Selamat Jalan Ustadz, kecintaan umat terhadapmu merupakan buah dari ketulusanmu dalam berdakwah selama ini. Akhirnya, kami yang muda-muda ini harus lebih terpacu untuk melanjutkan perjuanganmu. Dan secara pribadi, saya pun berkeinginan, jika Allah memanggilku kelak, ada ribuan, bahkan jutaan umat manusia yang kehilangan. Mungkinkah?

Jumat, 23 Oktober 2009

IKHLAS

Semua orang akan rusak, kecuali orang yang berilmu.
Orang yang berilmu pun akan rusak, kecuali yang beramal
Orang yang beramal pun akan rusak, kecuali yang ikhlas
(Al-Ghazali)

Rabu, 16 September 2009

IEDUL FITHRI MOMENTUM PENINGKATAN PRESTASI DAN KEIMANAN

Oleh: Achmad Faisal
Disampaikan pada Shalat Iedul Fithri 1430 H, 20 September 2009 di Halaman Superindo, Jl. Rajawali, Bandung.


Alhamdulillah, atas izin Allah SWT kita semua masih diberi kesempatan untuk merayakan hari raya kita bersama, Hari raya Iedul Fithri 1430 H. Setelah sebulan lamanya kita melaksanan ibadah shaum dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridho Allah SWT, kini saatnya kita merayakan hari kemenangan umat Islam di seluruh penjuru dunia. Namun bukan hanya perayaan yang kita pikirkan di hari besar ini, melainkan juga introspeksi (muhasabah) diri. Apakah shaum kita selama sebulan ini diterima oleh Allah? Apakah shaum kita menjadi momentum kebangkitan dan perbaikan diri kita? Jawabannya ditentukan oleh aktivitas kita pasca Ramadhan. Jika pasca Ramadhan terjadi peningkatan kualitas iman dan prestasi, maka bisa dikatakan shaum kita berhasil, Namun jika pasca Ramadhan kita tidak ada bedanya dengan sebelumnya, atau bahkan lebih buruk, maka bisa dikatakan shaum kita hanya sekedar menahan diri dari lapar dan dahaga. Apalagi bagi orang yang tidak shaum tanpa alasan yang dibenarkan oleh syar’i.

Rasulullah bersabda:
“Jatuh ke tanah hidung seseorang (Alangkah hinanya seseorang), ia memasuki bulan Ramadhan, kemudian ia lepas dari bulan Ramadhan sebelum diampuni dosa-dosanya.”
Mudah-mudahan kita tidak termasuk orang yang hina karena Ramadhan yang kita lalui hanya numpang lewat saja, tidak ada manfaatnya sama sekali.

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar Walillaaahilhamd!
Hadirin yang dimuliakan Allah!
Jikalau kita sudah berhasil melaksanakan ibadah shaum di bulan suci Ramadhan, maka alangkah baiknya jika kita lebih berhati-hati dan memperhatikan prinsip-prinsip utama dalam kehidupan, sehingga di bulan-bulan yang akan datang, kita tidak tergelincir ke jalan yang salah, sehingga ibadah shaum kitapun menjadi sia-sia. Minimal ada tiga prinsip utama yang jika kita hayati dengan benar akan membantu kita menjalani kehidupan lebih baik lagi.

I. PRINSIP MANUSIA
Motivasi manusia dalam menjalani kehidupan ini, secara umum tidak terlepas dari tiga pertanyaan mendasar. Mau Jadi apa? (Tobe) Apa Yang ingin dimiliki? (To have) Sejauh mana kemampuan yang dimiliki?(Valensi).
Pertanyaan Pertama, Motivasi manusia dalam beraktivitas biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan. Mau jadi apa saya? Jawaban dari pertanyaan itulah yang akan mengakibatkan seseorang mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Walaupun ada juga orang yang tidak memiliki keinginan yang jelas tentang mau jadi apa dirinya. Biasanya orang yang seperti ini tidak mempunyai arah hidup yang jelas, tidak punya pendirian, dan selalu terombang-ambing oleh hembusan angin zaman.

Langkah awal dari kesuksesan seseorang adalah dia memiliki cita-cita atau mimpi besar. Keinginan untuk menjadi apa atau menjadi siapa bisa menjadi penuntun kemana arah yang ia tempuh. Dalam konteks keduniaan, pilihan dari keinginan itu bisa berupa jenis karier yang akan dipilihnya, serta level kualitas dirinya dalam karier yang dipilihnya . Dalam konteks spiritual, Pertanyaan ini bisa dijawab dengan apakah kita akan menjadi hamba yang biasa-biasa saja, atau hamba yang luar biasa? Atau hamba pilihan Allah? Aktivitas yang kita lakukan adalah merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pertanyaan Kedua adalah, Apa yang ingin kita miliki? (To have) Keinginan seseorang untuk memiliki sesuatu biasanya menuntun seseorang untuk berusaha sekuat tenaga meraihnya. Sebagian dari kita mungkin menjadikan harta menjadi target utama yang ingin dimiliki. Sebagian lagi menginginkan untuk memiliki pasngan hidup serta keluarga yang baik, atau mungkin juga banyak hal-hal lain yang ingin dimilikinya. Dalam konteks spiritual, keinginan untuk memiliki biasanya berupa keinginan untuk memiliki pahala. Seberapa banyak pahala yang ingin kita miliki? karena semakin banyak pahala yang dimiliki, akan semakin banyak pula media yang akan menyelematkan seseorang dari kebinasaan, dan semakin banyak media yang akan membantunya meraih keberuntungan.

Pertanyaan Ketiga adalah Sejauhmana kemampuan yang kita miliki? (Valensi). Seseorang akan terpacu untuk memiliki keahlian di bidang tertentu yang sesuai dengan minatnya. Keahlian itu akan menjadi bekal bagi dirinya untuk meraih kesuksesan. Dalam konteks keduniaan keahlian setiap orang akan berbeda sesuai dengan profesi yang digelutinya. Dalamkonteks keagamaan, kemampuan seseorang akan dilihat dari seajuh mana kemampuannya untuk beribadah sesuai contoh rasulullah. Sejauhmana usaha dia untuk memahami praktik-praktik ibadah, sehingga pada akhirnya kita bisa melihat ada orang yang melaksnakan ibadah hanya sekedar menunaikan kewajiban belaka, namun ada juga yang dengan serius menggali dan mencari bagaimana ibadah yang sesuai dengan petunjuk Allah dan dicontohkan oleh rasulullah SAW. Kemampuan sesorang untuk melaksanakan praktik ibadah dengan baik akan membuat seseorang meraih kesuksesan menjadi hamba Allah terbaik, dan mendapatkan ketenangan hidup yang luar biasa.

Dari ketiga hal di atas, keinginan untuk menjadi apa (To be) dan keinginan untuk meningkatkan kemampuan (Valensi) sebaiknya menjadi target utama kita. Sementara keinginan untuk memiliki (To Have) secara otomatis akan diraih jika kedua hal tadi (To be dan valensi) dilaksanakan dengan maksimal. Kesempurnaan manusia terletak pada kemampuannya untuk memilih, termasuk memilih bagaimana ia akan menjalani hidupnya. Raihlah sukses jangka panjang dunia dan akhirat dengan cara memilih untuk menginggikan To be dan valensi , serta merendahkan To have. Jadilah seorang expert yang senantiasa terinspirasi untuk berilmu, bersyukur, dan bersabar, baik adalam kehidupan dunia maupun kehidupan spiritual.

II. PRINSIP ALAM
Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hukum-hukumnya yang bersifat pasti. Hukum alam merupakan bentuk kepastian yang diciptakan oleh Allah dan diperputarkan oleh Zat Yang Maha Menguasai, yaitu Sang Khalik Allah SWT.Sebagai contoh adalah hukum gravitasi bumi. Peredaran matahari dan bulan, serta fenomena alam lainnya yang sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT.
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya siang dan malam ada tanda-tanda kekuasaan bagi orangyang berakal”. (Q.S. Ali-Imran:190)
Salah satu hukum alam yang jika kita fahami akan sangat berguna bagi penuntun aktivitas kehidupan kita adalah Hukum Kekekalan Energi.
Sebagai makhluk Tuhan, manusia terikat pada Hukum Kekekalan Energi (HKE). Semua energi yang masuk ke dalam tubuh, akan kita salurkan keluar dalam bentuk yang berbeda-beda. Namun energi yang keluar dan yang masuk ke dalam tubuh kita jumlahnya sama. HKE pada manusia memiliki perbedaan dengan HKE pada makhluk lainnya. Hal ini dikarenakan manusia memiliki kelebihan dibanding makhluk-makhluk lainnya. Perbedaan itu diantaranya adalah bahwa energi pada manusia bersifat kualitatif, terkait dengan baik dan buruk. Pendeknya, jika manusia mengeluarkan energi kebaikan (Epos) maka akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Dan sebaliknya , jika manusia ,mengeluarkan energi kejelekan (Energi negative) maka ia akan memperoleh hasil yang negatif pula.

Energi di alam ini akan tetap seimbang sampai hari kiamat tiba. Demikian pula energi pada manusia harus seimbang. Jika seseorang mengeluarkan energi positif (kebaikan) maka ia akan mendapatkan hasil kebaikan (bisa berupa keberuntunga, kesuksesan, dll) yang seimbang dengan usaha yang dilakukannya. Demikian pula sebaliknya. Hanya saja hasil dari energi yang dikeluarkan tidak mesti langsung dirasakan pada saat tersebut. Bisa jadi sebagiannya langsung dirasakan pada saat itu, dan sebagian lagi menjadi tabungan energi yang akan dicairkan di masa depan. Kapan waktunya? Hanya Allah yang Maha Tahu. Hanya yang pasti, sebelum meninggal dunia semua tabungan energi yang dimiliki oleh sesorang (baik yang positif maunpun negatif) akan dicairkan agar keseimbangan itu tetap terjaga.

Hal lain yang harus diperhatikan juga, bahwa energi yang kita keluarkan ke seseorang tidak mesti balasannya akan muncul dari orang tersebut. Oleh karena itu, janganlah berhenti menyebarkan energi positif kepada siapapun, bahkan kepada orang yang tidak tahu terima kasih sekalipun. Balasan dari kebaikan yang kita lakukan kepada seseorang bisa jadi akan didapatkan dari orang lain. Begitu juga kejahatan yang kita lakukan kepada seseorang akan mendapatkan balasan yang tidak harus dari orang tersebut.
Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji zarrah, pasti akan diketahui, dan Barangsiapa yang melakukan kejahatan sebesar biji zarrah, pasti akan diketahui.”(Q.S. Az-Zalzalah: 6-7)

Alam memiliki seperangkat hukum yang mengikat seluruh makhluk di dalamnya. Hukum kekekalan energi menjamin bahwa tidak ada energi di dunia ini yang sia-sia. Anda akan mendapatkan hasil usaha yang sama dengan jumlah usaha Anda. Perbanyaklah mengeluarkan energi positif dan jauhi energi negatif, maka Anda akan menjadi orang yang paling beruntung di dunia.
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna. Dan mereka itu di dunia tiada dirugikan”. (Q.S. Hud: 15)


III. PRINSIP TUHAN
Tuhan kita, Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, satu-satunya, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. Allah SWT yang menciptakan dan menguasai seluruh alam ini. Allah SWT yang mengatur alam ini bekerja sesuai dengan hukum-hukumnya. Allah SWT yang menciptakan manusia dengan segala karakteristiknya. Allah SWT memiliki 99 Nama. Dimana ke-99 nama tersebut merupakan simbol dari sifat-sifatnya. Sebagai pencipta, Allah menciptakan makhluk yang sama sekali berbeda dengan-Nya. Khusus bagi manusia, Allah memberikan keistimewaan dengan ditiupkan ruh Allah kepadanya. Keistimewaan tersebut tentu saja tidak mengakibatkan manusia menjadi sama dengan Allah SWT. Namun dibanding makhluk-mahkluk lain, manusia memiliki kelebihan dengan diberinya kemapuan untuk meneladani sifat-sifat Allah.
Allah lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy , dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan”. (Q.S. Ar-Ra’d:2)
“Maka apabila Aku menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ruh-Ku ke dalamnya “.(Q.S. Al-Kahfi: 29)

Yang dimaksud dengan prinsip Tuhan adalah sebuah eksistensi dan prinsip-prinsip yang hanya dimiliki oleh Allah , dan kita sebagai makhluk-Nya harus berupaya untuk meneladaninya. Eksistensi Allah ini disebutkan dalam istilah agama dengan Nama/Sifat-sifat Allah. Dan yang pasti, Nama/Sifat Allah ini semuanya positif, tidak ada satu nama/sifat Allah yang berkonotasi negatif.
Allah memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang, maka kita sebagai manusia punya kewajiban untuk menjadi penebar rasa kasih sayang dari Allah Tersebut. Jika Allah memiliki sifat Maha pengampun, maka kita berkewajiban untuk bisa memberi maaf kepada orang lain. Jika Allah memiliki sifat Maha Pemberi rizqi, maka kita sebagai hamba-Nya berkewajiban untuk banyak memberi kepada orang lain yang membuthkan.

Ketika kita menebarkan dan meneladani pancaran dari sifat-sifat Allah tersebut, maka seolah-olah kita sedang menjadi gardu bagi tersebarnya cahaya Allah di muka bumi ini. Tugas dan kewajiban kita sebagai hamba Allah, berkaitan dengan prinsip-prinsip Tuhan tersebut adalah dengan berusaha sekuat tenaga untuk mampu menjadi gardu penebar cahaya Ilahi di dunia ini. Tentu saja ketika kita mampu menjadi gardu penebar energi positif dari Allah di muka bumi, maka akan banyak keuntungan yang kita peroleh, dianataranya:
Pertama, Kita akan memperoleh kesuksesan (Harta, Tahta, Kata, Cinta) di tingkatan yang lebih baik. Ketika kita mengeluarkan energi positif (kebaikan), maka kita akan memperoleh hasil yang positif pula. Apalagi ketika kita melakukan itu dengan penuh kesadaran sebagai gardu Epos (Energi Positif) Allah SWT, maka bobot kesuksesan yang diraih akan menjadi berlipat ganda. Harta, Tahta, Kata, dan Cinta sebagai simbol kesuksesan pun akan memiliki kualitas dan bobot yang berbeda ketika kita menjadi Gardu Epos Allah SWT.
Kedua, Dengan menjadi gardu epos Allah, perjalanan hidup kita akan terjaga. Kesadaran diri sebagai gardu Epos Allah, akan membawa kita untuk berhati-hati sehingga tidak salah jalan melakukan hal-hal yang bisa mencelakakan diri kita dan orang lain. Diri kita akan lebih terjaga dari perbuatan kotor, musibah, kecelakaan, dan akibat-akibat jelek lainnya.
Ketiga, Dengan menjadi gardu epos Allah, kita akan dipenuhi keberuntungan. Apabila kita senantiasa mencari dan menjadi gardu epos, maka kita akan memiliki tabungan epos yang melimpah. Oleh sebab itu hidup kita akan dipenuhi oleh berbagai keebruntungan , hidup terasa lebih ringan, bahagia, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan.
Keempat, Dengan menjadi gardu epos,kita akan mampu menembus semua keterbatasan. Kekuatan utama seorang gardu epos adalah tujuan hidupnya yang mulia. Tujuan ini lahir dari nuraninya sebagai hasil dari “percakapannya” dengan Allah SWT. Tujuan inilah yang memberinya kekuatan untuk menembus semua keterbatasan yang ada, dan memberinya kekuatan untuk menciptakan prestasi-prestasi besar.

Allaahu Akbar! Allaahu Akbar Walillaahilhamd.
Iedul Fithri 1430 H kali ini, hendaknya dijadikan momentum kebangkitan bagi kita umat Islam. Umat harus disadarkan, bahwa tantangan kehidupan semakin berat dan kompleks, serangan terhadap Islam juga semakin meluas, baik dengan cara yang halus bahkan yang kasar sekalipun. Untuk menghadapinya, maka sebaiknya umat Islam berkonsentrasi pada peningkatan prestasi diri. Tanya lagi kepada diri kita, mau jadi apa kita hidup di dunia ini, dan sudah sejauh mana kemampuan kita untuk menjalani hidup. Jawaban atas pertanyaan itu adalah dengan kerja keras mewujudkan cita-cita dan mimpi besar kita sambil terus meingkatkan kemampuan diri. Setelah itu, jadilah gardu-gardu penebar energi positif, penebar cahaya Ilahi dengan meneladani sifat-sifatnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika setiap individu muslim mampu melakukan semua itu, dan individu muslim menjadi orang yang sukse sekaligus mulia di sisi Allah SWT, maka musuh-musuh Islam pun tidak akan dengan leluasa melemahkan Islam. Dan Islam akan menjadi tinggi dan tidak ada yang lebih tingi dari Islam. Dan semua itu tergantung usaha dan doa kita untuk memberi kontribusi bagi tegaknya ajaran dan cahaya Allah di muka bumi ini.
Lanjutkan kehidupan ini dengan prestasi besar, jangan menyerah, dan jangan berhenti. Seperti ungkapan mutiara dari Buya Hamka: “Berani hidup tak takut mati; Takut mati jangan hidup; Takut hidup mati saja.”

Sumber Inspirasi:
• Al-Quran dan Al-Hadits
• KUBIK Leadership Karya Farid Poniman, Indrawan Nugroho, Jamil Azzaini
• Tasawuf Modren Karya HAMKA
• Pengalaman Hidup

Selasa, 15 September 2009

Catatan Ringan Pasca Inspiring Ramadhan

Alhamdulillah.... itulah yang terucap begitu Mas Jamil berpamitan kepadaku di sebuah Rumah Makan di daerah Pateur. Setelah berbuka puas bersama Pasca acara yang melelahkan, Mas Jamil dan keluarga pulang ke Jakarta, karena esok harinya ada jadwal training lagi.

Ya.... Acara Inspiring Ramadhan with jamil Azzaini yang diselenggarakan oleh Tabloid alhikmah, hari Ahad 13 September 2009 di GSG Biofarma, merupakan acara yang kurancang sendiri, walaupun tentu dengan masukan dari jajaran stakeholder di Tabloid alhikmah maupun di DD Bandung.

Acara yang sangat melelahkan memang. Panitia inti untuk menghadirkan 500 orang peserta (200 orang peserta THR guru ngaji yang disiapkan oleh tim PDG DD Bandung) hanya berjumlah 4 orang. Maka semuanya kerja borongan, mulai dari mempersiapkan undangan, brosur, menyampaikan dan menyebarkan undangan dan brosur, mengkonfirmasi peserta, mengkonfirmasi Tim KUBIK dan Mas Jamil, mempersiapkan pengisi acara , mempersiapkan gedung dan infrastruktur , serta seabreg aktivitas persiapan lainnya. Dan semua itu secara teknis disiapkan hanya oleh 4 orang. Alhamdulillah, 1 hari menjelang hari H dan pas hari H bantuan SDM mulai berdatangan, baik dari Tim Redaksi alhikmah maupun dari tim PDG DD Bandung.

Kondisi fikiran dan mentalku juga saat itu sebenarnya tidak sedang dalam kondisi prima. Tapi, pengalamanku mendapatkan inspirasi dari seorang Jamil Azzaini, membuatku bersemangat menyukseskan acara ini dengan harapan akan lebih banyak orang yang mendapatkan inspirasi sukses mulia seperti yang kualami. Mudah-mudahan ini bisa menjadi energi positif dariku.

Pada akhirnya aku sempat menyesal pula. Karena ketika aku menjadi panitia pikiranku lebih fokus kepada penyelenggaraan acara tersebut, akau sibuk mengkondisikan dan mengkoordinasikan teman-teman panitia agar acara berlangsung dengan sukses. Akibatnya, aku tidak bisa menikmati inspirasi dari Jamil Azzaini secara penuh. Sehingga muncul pikiran nakal: "Lain kali aku gak mau ngundang mas jamil ke acaraku. Jika mas Jamil jadi pembicara, aku akan memilih jadi peserta saja, biar puas menyerap inspirasi dari beliau". Yang membuatku tambah sedih adalah ketika temanku yang jadi peserta bilang bahwa dia hampir meneteskan air mata mendengar materi dari Mas Jamil. "Ya Allah... kenapa bukan aku yang mengalami perasaan itu?"

BTW, Terima kasih teriring doa Jazzakumullaahu khairon katsiiroo dengan tulus kusampaikan kepada pihak-pihak yang membantu suksesnya acara ini.
1. Mas Jamil Azzaini, di sela-sela padat jadwalnya masih mau menyempatkan hadir ke Bandung di acara yang sangat sederhana ini. Tidak lupa kepada Pak fauzi Rachmanto, Guru TDA Bandung yang bersedia sharing pengalamannya di acara ini.
2. Ibu Ima Rachmalia dan Kang Luthfi Affandi (Direktur &GM DD Bandung) yang memberi kepercayaan dan kesempatan menggelara acar tersebut. Mohon maaf, jika acaranya kurang memuaskan.
3. Rekan-rekan seperjuangan: Reva, Roy, dan Indri yang berkerja keras sejak awal. Mudah-mudahan kita bakal jadi tim super ke depannya.
4. teman-teman di redaksi alhikmah yang ikut membantu menyukseskan acara ini
5. Kang Hendi Suhendi (Manajer PDG DD Bandung) atas pengertian dan kerjasamanya yang sangat lembut dan baik.
6. Kepada semua peserta yang hadir, baik dari pelannggan, agen, maupun mitra alhikmah. Doakan kami agar mampu memberikan sajian yang terbaik bagi umat.

Terima kasih semuanya.
Sampai jumpa di Inspiring Ramadhan tahun berikutnya, Insya Allah.

Bandung, 14 September 2009
Achmad Faisal

Rabu, 26 Agustus 2009

BELENGGU CINTA

Yaa Allah, Jika Cinta Adalah Ketertawanan,
Maka tawanlah aku dengan cinta-Mu
Agar Tak ada lagi yang dapat menawanku


Mimpi menjadi seorang manusia yang benar-benar bebas dari segenap intervensi tidak akan pernah bisa mewujud. Bagaimanapun manusia tergantung dan bergantung pada pihak lain. Dalam kehidupan, tidak mungkin ada orang yang bisa bebas sebebas-bebasnya. Ada Yang menawan ada yang tertawan, penawan dan tertawan bisa jadi makhluk yang berlainan jenis. Manusia bisa tertawan oleh perasaannya, oleh keinginannya, oleh jabatannya, oleh status sosialnya.

Manakala seseorang memiliki jabatan yang tinggi, dia akan berusaha mempertahankan jabatan tersebut dengan berbagai cara meskipun ia harus bersikap tidak adil, baik kepada orang lain maupun kepada hati nuraninya. Akhirnya dia tidak akan rela bawahannya menggantikan posisinya, dan ia akan berusaha sekuat tenaga menjatuhkan bawahan yang potensial menjatuhkannya. Itulah manusia yang tertawan oleh jabatannya. Bukankah hanya Allah yang seharusnya menawan? Bukan malah jabatannya?

Status juga bisa menjadi penawan seseorang. Tatkala status tokoh, ulama, kyai, atau ustadz sudah disandangnya, maka status itu harus bertahan selama hayatnya. Sebelum ia meninggal, murid tetaplah murid, santri tetaplah santri, tidak boleh lebih tinggi dan lebih pintar apalagi memiliki status yang lebih tinggi darinya. Merekalah manusia yang tertawan oleh status terhormatnya, Bukankah hanya Allah yang seharusnya menawan? Bukan malah statusnya?

Keinginan manusia akan sesuatu materi, bisa juga menjadi penawan, sehingga banyak orang gelap mata demi memperjuangkan keinginannya, bagaimana seorang preman bisa membunuh temannya hanya demi uang seribu rupiah. Seorang kakek pun tega memperkosa cucunya sendiri demi melampiaskan keinginan syahwatnya. Seorang Pejabat bahkan sampai berani korupsi demi menuruti keinginan istrinya. Dalam hal ini ada benarnya ungkapan “Keinginan Adalah Sumber Penderitaan”. Bukankah hanya Allah yang seharusnya menawan? Bukan malah keinginannya?

Cinta adalah sebuah ketertawanan dari orang atau benda yang dicintai. Rasionalitas dan akal sehat tidak akan berfungsi jika cinta sudah menawan. Cinta jabatan, cinta status, cinta keinginan, cinta kekasih, merupakan belenggu yang membuat manusia tidak mungkin bisa meraih kebebasan seutuhnya. Seorang yang berjuang dan berkorban untuk meraih kebebasan, pada hakekatnya ia dibelenggu oleh keinginan bebas tersebut. Lantas tidak bolehkah kita bercinta? Haramkah kita punya keinginan? Tercelakah kita berjuang meraih kebebasan?

Sebaiknya kita renungkan ungkapan Maulana Jalaluddin Rumi berikut: “Siang dan Malam di dunia ini engkau mencari ketentraman dan kedamaian. Walaupun sesungguhnya tidak mungkin kau mencapai mereka di dunia. Namun demikian, pencarianmu tentu tidak sia-sia. Ketentraman dan kedamaian bisa hadir, meski hanya sekejap. Kedamaian apapun yang kau temukan di dunia ini, tidak abadi. Kehadirannya bagaikan kilat yang menyambar. Ia hadir disertai situasi penuh guntur, hujan, salju, dan godaan”.

Hal yang biasa terjadi ketika seseorang jatuh cinta adalah dia akan terikat dan terbelenggu oleh cinta dan yang dicintainya. Belenggu itu begitu kuat, sehingga rasio dan akal sehat tidak berlaku sama sekali dalam konteks tersebut. Korupsi, kolusi, manipulasi, dan kejahatan lainnya merupakan ekspresi dari cinta yang membelenggunya. Cinta jabatan, cinta kekuasaan, cinta harta, cinta dunia dan takut mati.

Cinta kepada Allah merupakan pintu menuju pembebasan, Allah mencintai kita manakala kita mampu berbuat sesuatu untuk membebaskan manusia dari ketakutan, kesengsaraan, ketertindasan, ketidak-adilan. “Sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit (Allah) akan mencintaimu”.
Cinta Allah yang dirindukan selayaknya membawa seseorang untuk berbuat apapun untuk membebaskan penghuni bumi dari orang, sistem, dan kekuasaan selain yang diridhoi Allah. Demonstrasi bisa berakibat turunnya cinta Allah manakala dilakukan untuk membebaskan rakyat dari penindasan penguasa. Berpolitik juga bisa mendatangkan cinta-Nya jika diniatkan dan diekspresikan lewat perjuangan melawan penguasa yang dhalim, menunjukan kesalahan-kesalahannya, berkata yang benar walaupun pahit.

Mereka, para aktivis sosial, yang mengorbankan waktunya untuk mengurusi anak jalanan, fakir-miskin, anak-anak yatim , kaum terpinggirkan, yang tanah dan rumahnya digusur oleh pemerintah sombong dan takabbur dengan alasan yang dibuat-buat. Mereka yang berjuang untuk rakyat bersama-sama rakyat, berada di tengah mereka, berbicara dengan bahasa mereka. Mereka itulah yang telah mengamalkan perintah Allah untuk menyayangi seluruh penghuni bumi demi mendapatkan cinta penghuni langit.

Pahit memang, sulit memang, berat memang, tapi itulah perjuangan, menyerah, adalah akhir dari kemanusiaan dan awal fase kehewanan. Sudah menjadi sunnatullah jika hewan menyerah pada instingnya, dan sebaliknya, sunnatullah bagi manusia adalah melepaskan diri dari belenggu insting, tidak menyerah, dan terus berfikir, berkreasi dan berbuat. Menyerah berarti menjatuhkan diri ke dalam derajat hewan, bahkan lebih bodoh dan lebih sesat dari hewan. Manusia sejati adalah manusia yang tidak menyerah pada ikatan nasib, tidak menyerah pada kekuatan penguasa, tidak menyerah pada kerasnya penindasan, tidak menyerah pada eloknya hawa nafsu, tidak menyerah pada liciknya setan dan iblis, tidak menyerah pada belenggu cinta, selain belenggu Allah semata.

Wahai manusia, jangan pernah mau menjadi anjing, jangan pernah menyerah pada anjing, bebaskan manusia dari belenggu anjing-anjing kekuasaan, anjing-anjing politik, anjing-anjing sosial, anjing-anjing budaya, anjing-anjing kedhaliman. Berjuanglah sebagai manusia, berjuanglah sebagai makhluk Tuhan, Jadilah pemberontak dengan cinta untuk meraih cinta-Nya.

Ya!Ya! Akulah seorang tua!
Yang capek tapi belum menyerah pada mati.
Aku merasa tubuhku sudah menjadi anjing.
Tetapi jiwaku mencoba menulis sajak.
Sebagai seorang manusia.
(W.S. Rendra)

Minggu, 23 Agustus 2009

RAMADHAN 1430 H. LEBIH BAIKKAH?

Tak terasa, Ramadhan 1430 H sudah kita masuki. Beragam suasana khas Ramadhan akan segera menyapa kita. Namun ada halyang jauh lebih penting bagi kita, terutama saya pribadi, yang menjadi fokus utama di bulan Ramadhan kali ini.

Saya berfikir apakah Ramadhan kali ini, keadaaanku akan menjadi lebih baik dibanding ahun sebelumnya? Atau malah tetap, bahkan lebih buruk. Itulah yang aku takuti, Ramadhan kali ini lebih buruk atau tetap dibanding ramadhan sebelumnya.

Ramadhan tahun lalu, aku sudah setting dengan beragai aktivitas, namun Allah berkehendak lain, aku terserang sakit yang memintaku beristirahat hingga lebih dari satu bulan. Praktis, Ramadhan tahun lalu hanya diisi dengan istirahat, nonoton tv, baca buku, dan menunggu waktu buka. Sunguh bukan Ramadhan yang ideal buatku.
Kini, seperti biasa... kegiatanku di bulan sui ini cukup padat, walaupun aku coba menghemat tenaga, agar tak kejadian sakit lagi seperti Ramadhan tahun lalu. Lagi-lagi aku bertanya, apakah padatnya aktivitasku di bulan Ramadhan ini bisa mengubah diriku menjadi lebih baik?

Beberapa waktu yang lalu aku baca buku panduang "Tuhan Inilah Proposal Hidupku" karya Jamil Azzaini. Dimana dalam buku itu diajarkan bagaimana cara membuat proposal hidup secara lengkap. Kenapa harus membuat proposal hidup? Jawabannya sederhana; Untuk mengadakan kegiatan Agustusan saja kita butuh proposal, mengapa untuk aktivitas selama hidup kita nggak buat proposal? Dan ada penelitian menunjukan bahwa orang-orang yang memiliki cita-cita hidup dan menuliskannya akan jauh lebih sukses dibanding orang yang memiliki cita-cita dan rencana hidup namun tidak pernah menuliskannya. Bahkan akan jauh lebih sukses dibanding orang yang tidak punya rencana sama sekali.

Akhir-akhir ini banyak sekali keinginanku yang belum tercapai. Maka saatnya bagiku untuk menjadikan keinginanku itu lebih terencana, lebih tersistematis, dan tentu saja lebih jelas capaiannya. Aku harus segera membuat proposal hidup, Life Planning, atau apapun namanya. Setelah itu, aku serahkan proposal itu pada Rabb-Ku, biarlah Dia yang memutuskan. Aku bisa mencapainya atau tidak.
Mudah-mudahan dengan cara ini hidupku lebih terencana, dan Ramadhan kali ini bisa jauh lebih baik dibanding Ramadhan yang lalu.

Nantikan proposal hidup Achmad Faisal di edisi berikutnya
Wassalam,

Selasa, 31 Maret 2009

5 Menit Untuk 5 Tahun

Judul lagu group Band Cokelat di atas cukup menarik untuk disimak. Ya... di tengah apatisme masayarakat, khususnya kaum muda Indonesia terhadap proses Pemilu 2009, group Band Cokelat dengan cukup apik menampilkan sebuah karya yang mengajak masayarakat untuk ikut berkontribusi bagi bangsa ini dengan mengikuti proses Pemilu.

Bagi sebagian orang dan sementara waktu, Golput menjadi istilah favorit, hal ini dipicu oleh banyaknya kasus asusila yang melibatkan para politisi negeri ini, sehingga muncul kekecewaan dan ketidak percayaan thd para politisi dan akibatnya golput menjadi pilihan. Namun apakah Golput adalah jalan keluar yg terbaik bagi bangsa ini? Apakah dengan Golput kita sudah berkontribusi untuk memperbaiki kondisi bangsa ini?

Seburuk apapun kondisi di negeri ini, tidak boleh menjadi alasan untuk apatis. Seberapa banyak menyebalkannya para pengelola negeri ini, bukan alasan untuk tidak peduli dan ingin hidup sendiri. Justru, bangsa ini membutuhkan manusia-manusia bersih, dan baik untuk membawa bangsa ini keluar dari keterpurukannya. Dalam sistem demokrasi, suara kyai dan suara penjahat dihitung sama, satu suara. Jika orang-orang baik di negeri ini tidak ikut memilih pada saat Pemilu, dan yang memilih adalah orang-orang jahatnya, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi? Ya... makin banyak orang-orang jahat yang akan mengelola bangsa ini dengan kejahatannya. Jika demikian, apakah Golput masih menjadi pilihan terbaik???

Golput atau tidak, negeri ini akan terus berjalan, proses politik di negeri ini akan terus berlangsung. Namun pertanyaannya, apa kontribusi kita bagi keberlangsungan bangsa yang kita cintai ini? Atau kita tidak mencintai dan tidak peduli terhadap nasib bangsa ini? yang berarti kita hanya numpang hidup di Nusantara ini?

Kalau kita tidak suka dengan politisi busuk. kalau kita sudah sangat geram dan marah dengan perilaku pemimpin dan pengelola negeri ini. Maka kontribusi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mencari dan memilih wakil/pemimpin bangsa ini yang baik, bersih, dan peduli terhadap rakyat. Nyarinya susah? Itulah kontribusi kita untuk bangsa ini, mencari sebongkah berlian diantara tumpukan sampah. Karena yakin, berlian itu pasti ada terselip diantara tumpukan sampah yang mulai membusuk. Tinggal keseriusan kita untuk mencarinya.

Hanya 5 menit waktu untuk kita berada di bilik suara. Tapi akibatnya akan dirasakan dalam waktu 5 tahun yang akan datang.
Selamat Mencontreng!

Kamis, 19 Februari 2009

HARI YANG BERAT

Ternyata bekerja di bawah tekanan berat juga ya???
Apalagi ketika kerja keras kita tidak mencapai hasil seperti yang diinginkan
BTW, masih ada Allah SWT yang senantiasa melindungi kita. Syaratnya.... jangan pernah menjauhinya. Karena Dia akan semakin menjauhi kita.
Wasss

Rabu, 21 Januari 2009

NEGERI YANG ANEH

20 Januari 2009, Barrack Obama resmi dilantik sebagai Presiden Amerika yang ke-47. Pelantikan Presiden kulit hitam pertama di AS itu berlangsung sangat meriah dan disiarkan langsung di stasiun televisi berbagai negara. Euphoria pun begitu menyeruak di hampir seluruh penjuru dunia. Hal ini benar-benar menahbiskan Amerika sebagai Embah-nya kapitalisme. Bagaimana tidak? acara seremonial pelantikan presiden saja dijual secara komersil. Aksesoris bergambar Obama pun laris manis bak kacang goring. Sungguh suatu aktivitas bisnis yang akan sangat menguntungkan bagi negeri yang sedang dilanda krisis tersebut.

Yang aneh, Indonesia, negara yang cukup jauh dari Amerika, negara yang tidak pernah ada sangkut pautnya dengan Obama, pelantikan Obama menjadi acara yang cukup dinantikan oleh banyak orang. Bahkan, di SD Menteng Jakarta sampai ada acara selamatan atas pelantikan Obama yang pernah dua tahun sekolah di SD tersebut.

Sudah hilangkah nasionalisme dan kebanggaan kita sebagai bangsa? Kenapa kita harus bangga dengan Obama yang bukan apa-apa bagi kita. Hanya sekedar pernah dua thun tingal di Jakarta, terus kita begitu serius hingga melakukan selamatan? Bahkan Obama juga mungkin sudah lupa masa kecilnya di Menteng tersebut. Apakah bangsa Indonesia sudah terkena sindrom “numpang tenar”?

Ketika prosesi pelantikan Presiden RI, pernahkan ada euphoria seperti itu? Apakah SD tempat presiden SBY sekolah, mengadakan selamatan ketika SBY dilantik sebagai presiden? Tidak ada.

Ya, bangsa kita pada dasarnya adalah bangsa pengikut dan pengekor. Kita tidak pernah bisa bangga dengan apa yang kita miliki. Sebaliknya, kita seringkali merasa bangga dengan apa yang dimiliki orang lain. Banyak anak-anak muda kita dengan PD-nya memakai kaos bergambar bendera Amerika atau bendera Inggris. Sangat jarang yang berani berjalan-jalan atau tampil di depan publik dengan menempelkan bendera merah putih di dada. Jadilah kita bangsa yang inferior, minder, lemah, dan tentu saja … Aneh.

Ya, negeri ini memang aneh. Presiden negera lain yang dilantik, Gubernur DKI malah menggelar acara nonton bareng pelantikan Obama. Obama yang jadi presiden Amerika, bangsa kita ikutan repot. Memangnya Obama ada waktu untuk memikirkan persoalan di negeri ini? Apakah Obama akan sangat serius menciptakan perdamaian di dunia, dan berhenti mendukung Isarael? Jawabannya tentu saja tidak. Bahkan pada pidato kepresidenan yang disampaikannya pun tidak terlontar ungkapan simpati terhadap nasib rakyat Palestina yang menderita akibat serangan brutal Israel. Bahkan Israel yang ditenggarai menggunakan senjata pemusnah massal dalam serangannya tersebut, sama sekali tidak ada kritik sedikitpun terhadapnya. Pantaskah dunia berharap padanya?

Bagi saya….. Obama is not a president of Indonesia. Obama Is not a president of the world, So… Obama is just another american person.

Indonesia ikut larut dalam euphoria pelantikan Obama? Negeri yang aneh…..

Bandung, 22 Januari 2009