Senin, 12 Juli 2010

UNTUK PARA PASANGAN SEJATI

(Catatan ini dibuat atas permintaan seorang sahabat yang tengah mereview usia pernikahannya)

Pertama, Pernikahan adalah Ibadah. "Nikah itu sunnahku, maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia bukanlah dari golonganku". Begitu Rasul kita bersaba. Berhubungan suami istri, baik secara fisik maupun non-fisik, akan bernilai ibadah. Hal ini dikarenakan jika hubungan itu tidak dilandasi suatu ikatan pernikahan, maka kan menjadi dosa. Maka, malam pertamanya adalah ibadah dan begitu juga malam berikutnya. Oleh karena itu, jangan lupa untuk selelu berdoa sebelum melakukan hubungan halal antara suami-istri, agar syetan tidak ikut masuk ke wilayah privat kalian. Karena malam pertama adalah ibadah, maka dalam melakukannya pun tidak usah ada rekaman video, apalagi sampai disebar luaskan, nanti bisa-bisa kalian jadi "mirip" artis...

Kedua, Pernikahan adalah kasih sayang/rahmat. Oleh karena itu, landasilah komunikasi dan interaksi antara suami-istri dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Tidak boleh ada tangan yang melayang ke wajah pasangannya. Usahakan juga tidak ada kata-kata kasar, cacian, dan makian terhadap pasangan kalian.Demikian pula ketika nanti Allah menganugerahkan anak, maka didiklah dan perlakukanlah anak-anak dengan penuh kelembutan, jangan besarkan anak kalian dengan kekerasan, penghinaan, perendahan, dan perilaku kasar lainnya. Islam saat ini membutuhkan generas-generasi penerus yang cerdas, percaya diri, berani, dan berkualitas. Generasi seperti itu tidak akan bisa dilahirkan dengan kekerasan, cac ian, dan hinaan. Allah SWT Maha Rahman-Rahim, maka kita bisa memancarkan sinar Rahman-Rahim nya Allah dengan cara bersikap dan berperilaku penuh kasih-sayang. Maka dengan demikian kita bisa berperan sebagai gardu penyebar cahaya Allah SWT.

Ketiga , Pernikahan adalah Kebahagiaan. Tentu saja kalian berbahagia pada hari yang bersejarah ini, karena kalian saling mencintai hingga memutuskan untuk menikah. Namun sayang, banyak pasangan yang bisa menunjukan kebahagiaannya hanya pada hari pernikahan dan beberapa bulan setelahnya. Berikutnya? Rona kesedihan, kecemasan, pertengkaran, mulai mewarnai pernikahannya. Tidak tampak lagi kebahagiaan dalam raut wajah mereka. Yang ada hanyalah raut wajah kusut yang dipenuhi penuh beban berat kehidupan. Lantas, bagaimanakah pasangan yang berbahagia itu?

Minimal ada tiga indikasi pasangan yang berbahagia dalam menjalani kehidupan pernikahannya:
1) Terhadap masa lalunya, tidak pernah disesali secara berlebihan. Yang sudah terjadi hanya menjadi pelajaran bagi kedepannya. Kesalahan yang dilakukan pasangannya tidaklah diungkit-ungkit terus-menerus. Sebuah kata maaf yang tulus sudahlah cukup untuk menyelsaikan masalah diantara pasangan. Ada dua hal yang mereka lakukan terhadap masa lalunya. Istighfar dan Bersyukur. Istighfar agar kesalahannya tidak diulangi lagi dan diampuni oleh Yang Maha Kuasa. Bersyukur, karena di setiap satu kesulitan, minimal ada dua kemudahan. Dan dengan bersyukur masing-masing pasangan akan kembali mengingat masa indah yang pernah mereka jalani berdua.
2) Terhadap masa sekarang yang sedang dijalani, dilewatinya dengan penuh semangat dan antusiasme tinggi. Tantangan kehidupan yang datang silih berganti adalah tangga-tangga yang harus dilewati dengan penuh antusias agar kalian segera mencapai puncak impian yang telah disemai bersama. Bahagia atau tidaknya suatu pasangan bisa terlihat dari bagaimana mereka menjalani hari-harinya. Bersemangat, atau bermalas-malasan? Antusias atau acuh tak acuh? ... Coba tanyakan pada hati nurani masing-masing.
3) Terhadap masa depan yang penuh ketidak-pastian, optimisme selalu dihadirkan. Mereka begitu percaya diri bahwa mimpinya akan terwujud dan mereka sudah bersikap seolah-olah mimpinya sudah benar-benar terwujud. Mereka membiarkan Alam bawah sadar membawanya kepada situasi yang betul-betul meraka inginkan dan mambahagiakan mereka. Walaupun belum sukses, mereka sudah bersikap layaknya orang-orang sukses.

Begitulah hendaknya para pasangan menjalankan pernikahan dan rumah tangganya, dilandasi dengan nilai-nilai ibadah dan penghambaan diri terhadap Allah SWT, dihiasi dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, serta dijalani dengan penuh kebahagiaan.