Selasa, 01 Desember 2009

Belajar dari PT.Persib Bandung Bermartabat

doang.
Malam tadi, Selasa, 2 Desember 2009, MasterMind (MM) Merdeka mengambil tempat di "Persib Cafe&Lounge" Jl. sulanjana Bandung.

Sebelum mastermind dimulai, sembari menikmati makanan dan minuman yang PERSIB banget, kami ngobrol-ngobrol, khususnya mengenai cafe yang merupakan salah satu lini bisnis dari PT.Persib Bandung Bermartabat (PT.PBB).Cafenya cukup cozy, nyaman, dan makanannya pun enak. Kang Abay yang bobotoh berat Jus mangga pun sampai berani menilai bahwa Jus mangga yang disajikannya sangat-sangat enak. Kang Arum pun menikmati capcay yang berbeda dari biasanya, namun tetap enak. Kami kemudian berkesimpulan bahwa pendirian cafe ini sangat serius, bukan sekedar menjual nama PERSIB.



Obrolan pun berlanjut kepada sang arsitek dari PT.PBB, yaitu H. Umum Muchtar (Direktur PT.PBB). Kami pun menilai bahwa H.Umuh ini adalah seorang entrepreneur sejati. Beliau adalah pengusaha sukses, yang awalnya 'ogah-ogahan' untuk menjadi pemuncak PT.PBB, bahkan H.Umuh sempat mengungkapkan keinginannya untuk berhenti jadi manajer PERSIB. Namun ketika tidak ada orang lain yang bersedia, beliau dengan berani memikul jabatan sebagai direktur PT.PBB, dengan satu syarat, beliau diberi kebebasan penuh untuk menentukan jajaran manajemen di bawah kepemimpinnannya.

Permintaan ini wajar adanya, karena sudah menjadi rahasia umum, kalau PERSIB selama ini selalu dipegang oleh para birokrat di Pemkot Bandung yang sama sekali tidak menguasai betul bagaimana mengelola sebuah tim sepakbola, apalagi sebuah perusahaan. Kultur birokratis yang korup, seadanya, dan tidak dinamis, seolah menjadi karakter dari tim Maung Bandung yang sebelumnya selalu mendapatkan dana segar dari APBD untuk memenuhi kebutuhannya.

Langkah-langkah strategis pun disusun oleh H.Umuh, waktu yang sangat singkat, belum adanya kesiapan infrastruktur, sponsor yang masih gelap, menjadi tantangan H.Umuh saat itu. Ditambah lagi,dana APBD sudah tidak bisa diharapkan untuk membiayai PERSIB di musim 2009-2010. Namun bagi seorang entrepreneur, semua tantangan itu rupanya bisa dilewati dengan sangat agresif. Mulai dari pendirian kantor, cafe, peluncuran PERSIB Card, dan hingga akhirnya mampu menggaet HONDA menjadi sponsor utama PERSIB musim ini. Dan semua itu digarap secara serius. Cafe&Lounge yang baru kami datangi malam itu menjadi bukti betapa semua langkah dinamis yang dilakukan H.Umuh bukanlah langkah yang sembarangan. Kami juga melihat keberadaan Farhan (MC&presenter kondang) sebagai wk.Direktur menambah nilai-nilai kreativitas dalam sepak terjang PT.PBB.

Ada juga yang menarik, di dua pertandingan kandang PERSIB (melawan Pelita Jaya dan Persitara), PT.PBB meluncurkan program invinity, yaitu penjualan tiket seharga 1 juta rupiah. Tentu saja tartegt market program ini adalah kalangan premium yang mungkin selama ini seolah tidak mungkin mau menonton pertandingan sepakbola Indonesia secara langsung di stadion. Bayang-bayang kerusuhan, perilaku anarkis, dan ketidaknyamanan dalam menonton di stadion, seolah terhapus dengan program super kreatif tersebut. Akhirnya kita bisa melihat bahwa Pertandingan sepakbola di Indonesia, khususnya PERSIB, tidak hanya bisa dinikmati oleh anak-anak ABG atau kalangan menengah ke bawah. PERSIB mampu hadir dan bisa dinikmati secara maksimal oleh kalangan jetset. Di sinilah keceradasan manajerial H.Umuh Muchtar dan kreativitas seorang Farhan mampu dipadukan dengan baik, sehingga PT.PBB mampu menyentuh kalangan atas, meraih mitra dan sponsor, serta pada akhirnya PERSIB bisa dinikmati oleh semua kalangan. Sebagai bobotoh tentu saya sangat bangga dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh PT.PBB ini.

Dari obrolan itu saya jadi belajar banyak bahwa seorang entreppreneur sukses akan dan harus terbiasa dengan tantangan-tantangan dalam meraih kesuksesan, dari sana akan lahir kecerdasan entrepreneurship yang sangat berguna untuk meraih kesuksesan dalam berbisnis. Kecerdasan tersebut juga diantaranya terlihat dari kolaborasi apik antara netreprenuer kawakan berpengalaman (H.Umuh), dan anak muda super kreatif (Farhan), serta didukung oleh jajaran manajemen yang fresh dan mampu melepaskan diri dari kultur birokratif yang sudah membelenggu PERSIB sekian lama.

Sebuah breakthrough yang sangat mengagumkan, walaupun ini baru proses awal, puncak kesuksesannya mungkin baru akan dirasakan dalam beberapa tahun ke depan.
Saya pun belajar banyak darinya.

Wassalam,
Achmad Faisal

Catatan: Yth. Pak Fauzi Rachmanto: Suatu saat, komunitas TDA Bandung kiranya perlu mengundang H.Umuh Muchtar atau Farhan dari jajaran PT.PBB untuk belajar banyak bagaimana mengusung suatu perubahan radikal dalam bisnis dengan sukses.

Tidak ada komentar: