Selasa, 08 Juni 2010

Yahudi dalam Al-Quran

Sejarah Singkat tentang Yahudi
Yahudi adalah agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah), agama ini ada sekitar 2000 tahun sebelaum agama Islam turun. Kitab sucinya adalah At-Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa As. Ada beberapa pendapat mengenai asal kata yahudi, diantaranya yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa kata yahûd diambil dari kata hâda yahûdu yang berarti raja’a yarji’u (kembali), makna ini dikuatkan dengan Al-Quran, Surat Al A’raf, ayat 156, Innâ hudnâ ilaîk, artinya sesunggguhnya aku (Musa) telah kembali kepadamu. Ayat ini menjelaskan bahwa kedatangan Nabi Musa As kepada kaumnya untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar.
Pada awalnya mereka pengikut Nabi Musa As, mereka menjadi pengikut yang baik, karena mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa As. Namun, setelah Nabi Musa meninggal mereka banyak melakukan tahrîf/mengubah isi At-Taurat dan banyak melakukan pelanggaran pada ajaran-ajaran mereka.

Pelanggaran Yahudi dalam Akidah

Pelanggaran kaum Yahudi pada aspek akidah, dilakukan dalam bentuk menyelewengkan ajaran yang telah mereka dapatkan dari Nabi Musa as. Dalam Al-Quran, surat al-Taubah, 30, dijelaskan
“Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah. Dan orang-orang Nashrani berkata: Al-Masih itu putera Allah. Demikian itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.Mereka dilaknati Allah; Bagaimana mereka sampai berpaling?” (Q.S. At-Taubah: 30)

Dalam tafsir Al Marâghi dijelaskan bahwa ‘Uzair adalah seorang pendeta (kâhin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu Allah di kitab At Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman As. Sehingga segala sumber yang yang dijadikan rujukan utama adalah yang berasal dari ‘Uzair, karena menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya menisbatkan ‘uzair sebagai anak Allah.

Hal ini menunjukan penyelewengan yang sangat sesat dari bangsa Yahudi, mereka menganggap orang yang mulia diantara mereka sebagai putera Allah. Padahal jelas Allah tidak beranak dan diperanakkan

Keburukan Yahudi dalam Aspek Sosial
Ada satu topik yang diangkat dalam QS 3:75:
"Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui".

Allah telah menjelaskan sikap mereka yang sulit untuk bisa dipercaya, sebagaimana sifat orang munafik yang suka berbohong, khianat, dan ingkar janji. Selain itu mereka juga suka meremehkan kaum lain, seperti sikap Yahudi kepada bagsa Arab. Pendapat ini diambil dari penafsiran yang menjelaskan maksud kata al-ummiyyîn adalah orang-orang arab.

Dalam Q.S. 5: 64 yang disampaikan di atas, juga terlihat kebiasaan bangsa Yahudi selalu melakukan kerusakan di muka bumi. Dalam istilah Al-Quran, mereka yas’auna an yufsiduu fil-ardhi. Kata yas’auna, yang berupa fi’il Mudhari’dalam ilmu balaghah penggunaan kalimat yang berbentuk mudlari’ memiliki arti istimrâr (terus menerus/berkelanjutan). Orang-orang Yahudi termasuk golongan yang suka membangkang perintah Allah. Perintah Allah saja dibangkang, apalagi ajakan dari sesame manusia, baik berupa resolusi, ultimatum, dsb. Tidak akan diperhatikan oleh mereka. .
Sikap Keras Yahudi pada Umat Islam

Ketika kita kembali mengingat sejarah orang-orang Yahudi yang suka membantah ajakan Nabi Muhammad Saw menuju jalan yang benar, maka kita bisa melihat betapa angkuh dan keras hati mereka. Dalam QS 5:82:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri".
Dalam Tafsir Al Alûsi dijelaskan bahwa orang-orang Yahudi disifati oleh Allah sebagai asyaddannâs, karena kufur mereka yang sudah sangat berlebihan, serta kebiasaan mereka berbohong dan mengikuti hawa nafsu. Bahkan dikatakan juga bahwa dalam pandangan mereka wajib memerangi orang-orang yang kontroversi dengan keinginan mereka. Selain orang Yahudi juga orang-orang musyrik yang menjadi musuh yang sangat keras bagi umat Islam. Namun, dalam ayat ini orang-orang Yahudi lebih didahulukan (disebut terlebih dahulu) dari pada orang-orang musyrik, kenapa? Masih menurut Al Imam Al Alûsi dalam tafsirnya, orang-orang Yahudi disebut terlebih dahulu karena kebiasaan mereka yang lebih suka memusuhi dulu/mencari masalah, dalam pendapat lain dikatakan karena sifat kejelekannya lebih banyak dari pada yang lain.

Sejarah juga telah mencatat, bahwa hampir seluruh perjanjian yang dibuat antara mereka dan Rasulullah saw, selalu mereka khianati. Karena itu, tidaklah mengherankan jika sekarang pun mereka melakukan hal yang sama. Mengkhianati hampir seluruh perjanjian damai dengan bangsa Palestina, bahkan dengan congkaknya mereka pun tidak mau tunduk kepada resolusi-resolusi yang telah dihasilkan Dewan Keamanan PBB tentang perdamaian Timur Tengah.

Demikianlah karakteristik bangsa Yahudi. Mudah-mudahan sepak terjang mereka segera dihentikan Allah SWT. Aamiin.

2 komentar:

ridwan mengatakan...

Kumaha carana ngaberantas di jaman ayena a..??

Achmad Faisal mengatakan...

caranya dengan meningkatkan da memperkuat kualitas diri dalam sema aspek kehidupan. Bangun generasi yang kuat, hingga siap mengalahkan mereka.