Kamis, 23 September 2010

NILAI SEBUAH KEBAIKAN (Adzan Rock'n Roll)

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, Nabi SAW pernah menginterogasi Ibnu Ummi Maktum, yang jarang datang ke masjid. Ibnu Ummi Maktum menjelaskan, bahwa alasannya jarang datang ke masjid untuk shalat berjama'ah, dikarenakan kondisinya yang buta, dan tidak ada orang yang bersedia mengantarkannya untuk datang ke masjid setiap waktu shalat tiba. Lantas Rasulullah bertanya: "Apakah engkau bisa mendengar suara adzan yang dikumandangkan Bilal?" Ibnu Ummi Maktum pun menjawab: "Ya, saya bisa mendengarnya". "Kalau begitu, maka penuhilah panggilan Bilal itu!" Demikian perintah Rasulullah.

Sepintas kita akan menyangka bahwa Rasulullah SAW begitu tega dengan tetap menyuruh Ibnu Ummi Maktum untuk datang ke masjid ketika adzan berkumandang. Seolah Nabi SAW tidak menghiraukan alasan yang dikemukakan olehnya. Namun jika kita perhatikan cerita setelahnya, maka kita bisa melihat betapa hebatnya pola pendidikan Rasulullah SAW. Pada akhirnya, Rasulullah mengangkat Ibnu Ummi Maktum untuk menjadi Muadzin kedua setelah Bilal. Hal ini "memaksa" Ibnu Ummi Maktum untuk datang ke masjid lebih awal daripada jama'ah yang lainnya. Dan akhirnya Ibnu Ummi Maktum mampu datang ke masjid secara rutin dan datang lebih awal karena tugasnya sebagai muadzin.

Ya, sebuah pelajaran berharga dari Rasulullah SAW. Betapa tidak? Kalaulah Ibnu Ummi Maktum dibiarkan jarang datang ke masjid untuk shalat berjama'ah, maka amal apa yang akan dibawa olehnya ke akhirat kelak? Ibnu Ummi maktum seorang yang buta dan lemah. Untuk berperang/berjihad? tentu ia tidak akan mampu. Untuk berinfaq? Beliau termasuk kaum dhuafa. Maka, menjadi muadzin dan datang lebih awal ke masjid adalah satu amal yang bisa diandalkan untuk mengantarnya ke surga.

Amalnya memang terlihat kecil dan sederhana. Tapi memang itulah yang mampu dilakukan oleh Ibnu Ummi Maktum. Karena suatu amal dinilai bukan dari besar dan kecilnya, tapi disesuaikan dengan kemampuan setiap orang. Apalagi jika amalnya itu bisa bernilai ganda. Seperti halnya adzan Ibnu Ummi Maktum, bukan hanya pahala dari adzannya yang ia dapatkan, tapi juga pahala memanggil banyak orang datang ke masjid. Ini bisa menjadi bekal berharga bagi orang lemah seperti Ibnu Ummi Maktum.

Saya jadi teringat seorang kawan saya di masjid Al-Haq. Dia seorang pemuda, yang tidak bisa dikatakan rajin/banyak ibadah, bukan juga orang terpandang dan berprestasi, orang biasa lah. Penampilannya juga seperti layaknya anak muda, Rock'n Roll abis. Namun beliau selalu datang lebih awal ke masjid untuk shalat maghrib dan Isya berjama'ah. Ia datang lebih awal karena ingin adzan. Dengan celana jeans belel, T-shirt, dan jacket jeans lusuh, rambut sedikit panjang, dan wajah agak sangar (Pokoknya Rocking banget lah), dia melihat jadwal waktu shalat dan langsung menyambar mike. Luar biasanya, dia berteriak mengumandangkan Adzan dengan suara khas yang serak-serak basah, dengan nada/lagu yang berbeda dengan adzan yang biasa, bisa dikatakan sangat nge-rock. Dan ia mengumandangkan adzan dengan penuh penghayatan serta emosi yang mendalam. Itupun dilakukannya ketika mengumandangkan Iqomat.
Ya, karena keterbatasan yang dimilikinya. tidak banyak yang bisa dilakukan oleh kawan saya itu, namun mudah-mudahan upaya maksimalnya dalam mengumandangkan adzan,dengan gayanya yang khas dan penuh penghayatan, bisa menjadi bekalyang sangat berharga untuk masa depannyan di akhirat kelak.

So, bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk bertemu dengan Sang Maha Kuasa nanti? Lakukan apa yang bisa dilakukan, lakukan penuh keikhlasan, sekecil dan sesederhana apapun, yakinlah! Allah SWT akan menghargainya.

Wallaahu A'lam

Tidak ada komentar: